SUARA PEMBARUAN DAILY, TAJUK RENCANA I
Poso Butuh Kedamaian
alam sebulan terakhir, sudah tiga kali bom meledak di Poso, Sulawesi Tengah. Ironisnya setiap kali bom meledak, kita tidak pernah mendapatkan gambaran yang gamblang tentang hasil pengusutan yang dilakukan aparat keamanan, padahal ledakan bom di kota ini sudah puluhan kali terjadi, dan selalu berulang.
Poso memang sudah terkoyak sejak tahun 1998. Luka itu masih belum pulih hingga sekarang, bahkan muncul luka-luka baru. Akankah luka di Poso semakin menganga dan tak pernah tersembuhkan? Padahal, sebagai bagian dari Indonesia, sejatinya warga Poso juga berhak untuk menikmati hidup damai dan tenang, lepas dari berbagai ancaman teror termasuk teror bom.
Tetapi, sebegitu sulitkah warga Poso untuk memperoleh jaminan keamanan di negerinya sendiri? Itu juga yang menjadi pertanyaan kita semua. Padahal tak kurang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sudah berulang kali mengeluarkan instruksi dan janji untuk menjamin terciptanya keamanan di Poso. Anehnya, mengapa teror selalu menghantui warga Poso? Siapa sesungguhnya yang "bermain-main" di Poso?
Boleh dikatakan, penanganan Poso belum pernah benar-benar tuntas, atau justru memang situasi konflik di sana sengaja digantung sehingga sewaktu-waktu tetap bisa diledakkan? Jika kita merunut ke belakang sejenak, sesungguhnya harapan rakyat atas penyelesaian dan penghentian konflik Poso sangatlah besar, terutama dengan terpilihnya Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden. Susilo Bambang Yudhoyono, seharusnya sangat paham apa yang melatarbelakangi konflik di Poso.
Seperti kita ketahui, sejak menjabat Menko Polkam, Yudhoyono sudah terlibat dalam konflik di Poso karena memang ditugasi Presiden Megawati Soekarnoputri untuk menyelesaikan konflik di daerah itu. Begitu juga dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang di waktu pemerintahan Megawati, menjabat sebagai Menko Kesra.
Itu sebabnya, ketika Yudhoyono dan Jusuf Kalla terpilih menjadi Presiden dan Wakil Presiden dalam Pemilu 2004, harapan besar bertumpu kepada pemimpin negeri ini untuk menyelesaikan konflik-konflik yang terjadi di Tanah Air, khususnya Poso. Tetapi, rupanya keamanan dan ketenangan bagi warga Poso di negerinya sendiri bukan hal mudah. Apa penyebabnya, kita pun selalu bertanya-tanya.
Kita sangat menyayangkan mengapa bom selalu saja meledak di Poso? Bukankah ini sebagai bukti bahwa Poso tidak pernah reda dari masalah? Kita, rakyat Indonesia, khususnya Poso, tak cukup bila terjadi korban rakyat yang tak bersalah, kemudian para pemimpin hanya menyatakan ucapan belasungkawa, mengutuk pelaku pengeboman, mengutuk para pelaku teror, hingga memerintahkan aparat keamanan untuk mengusut tuntas peledakan bom, tetapi tak lama kemudian teror kembali berulang.
Dan, kembali nyawa rakyat yang tak pernah tahu apa maksud dan tujuan para pelaku teror itu. Rakyat Poso tak lagi butuh hanya sekadar belasungkawa, rakyat Poso butuh keamanan dan ketenangan sebagai warga negara yang hidup dalam negara yang bersendikan hukum yang sekaligus mengakui harkat manusia pada tingkat yang tertinggi.
Itu sebabnya, kita mendorong pemerintah untuk menghentikan aksi-aksi teror di negeri ini, khususnya di Poso. Tangkap aktor sesungguhnya. Dalam negara yang beradab, tindakan-tindakan kekerasan tak boleh mendapat tempat. Jika ada perbedaan harus diselesaikan secara beradab bukan dengan jalan "kebiadaban". Dan sebetulnya sangatlah sederhana, jika di Poso tak mau selalu berulang ledakan bom.
Seharusnya aparat keamanan, sejak dini sudah bisa mendeteksi peredaran bahan-bahan yang bisa dibuat menjadi bom. Bukankah bom sudah berulang kali meledak di Poso? Seharusnya aparat keamanan sudah harus mengetahui, dari mana asal-usul bom tersebut! Sudah terlalu lama warga Poso hidup dalam suasana ketakutan karena ancaman teror dan ledakan bom. Sebagai kewajiban utama, maka negara melalui pemerintah wajib memberi rasa aman bagi warga Poso.
Kita berharap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa mendengar "jeritan" warga Poso yang sangat mendambakan kedamaian.
Last modified: 7/9/06
Thursday, September 07, 2006
Posted @ 11:24 PM
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment